Dalam dunia fotografi dikenal istilah
yang disebut eksposure. Sebuah proses penangkapan cahaya yang lebih
jauhnya dapat menentukan kualitas suatu hasil foto dari segi
pencahayaanya. Merupakan serangkaian proses dari mulai tombol shutter
ditekan, sampai dihasilkannya gambar foto. Dan hasilnya, apakah suatu
foto dikatakan “ terlalu gelap”, “pas”, atau “terlalu terang” semua
bergantung setingan eksposurenya. Jika istilah Foto-grafi diartikan
sebagai “melukis dengan cahaya”, maka eksposure merupakan pengontrolan
jumlah cahaya untuk melukis lukisan tersebut.
Jadi apa itu eksposure?
Sesuai arti bahasanya, eksposure berasal dari kata to ekspose
yang berarti “memaparkan”, yang secara sederhana eksposure dapat
diartikan “pemaparan” cahaya. Atau lebih spesifiknya, suatu proses dan
ukuran bagaimana suatu sensor cahaya atau film terpapar cahaya pantulan
suatu objek yang sedang difoto.
Faktor yang mempengaruhi eksposure :
Secara logika saja, jika bicara bagaimana
suatu sensor/film terpapar cahaya, maka ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil paparan cahaya pada sensor kamera atau
film, dan seperti yang kita duga, faktor-faktor tersebut diantaranya :
- Banyaknya cahaya yang dipaparkan.
- Lamanya waktu pemaparan.
- Sensitifitas material peka cahaya (sensor atau film) dalam menerima cahaya.
Faktor-faktor ini saling terkait dan
sangat mempengaruhi hasil akhir sebuah proses eksposure. Tujuan utama
dari pemaparan cahaya (eksposure) adalah memberikan jumlah cahaya yang
cukup untuk dipaparkan pada sensor atau film untuk menghasilkan gambar.
Hasil akhir suatu eksposure dalam arti ukuran tingkat pencahayaan pada
sensor/film, dapat dikontrol melalui pengaturan ketiga faktor diatas.
Lebih jelasnya, tingkat pencahayaan pada foto dapat dihasilkan dengan
cara mengatur jumlah cahaya yang masuk, atau pengaturan lamanya waktu
paparan, atau pengaturan sensitifitas sensor, atau melalui kombinasi
ketiganya.
nice eksposure |
Istilahnya dalam Fotografi :
Jika diterjemahkan satu-satu kedalam istilah fotografi, ketiga faktor yang mempengaruhi eksposure tersebut diberi istilah :
1. Aperture size (ukuran bukaan diafragma)
Adalah ukuran bukaan bilah-bilah
diafragma pada lensa yang berfungsi sebagai “jendela” untuk melewatkan
sejumlah cahaya pada proses pemaparan. Semakin besar ukuran Aperturenya
maka semakin lebar “jendela cahaya” yang terbuka, dan jumlah cahaya yang
masuk juga semakin banyak, begitu juga sebaliknya. Artinya pada waktu
pemaparan yang singkat, proses eksposure dengan aperture size yang lebar
dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak.
Lebih jauhnya lagi, pengaturan aperture
size dapat mempengaruhi ruang tajam (depth of field) yang memberikan
efek lain pada foto. Semakin besar nilai aperture (bukaan diafragma),
maka ruang tajam pada foto akan semakin sempit (bokeh).
Satuannya : f/angka aperture;
contoh : f/1.8, f/4, dst… atau ada juga
yang senang menulisnya dengan cara : f:1.8, f:8 yang artinya sama saja.
Nilai diafragma f/1.8 bukaannya lebih besar dari f/4, dst…
2. Shutter speed (kecepatan rana)
Shutter speed adalah ukuran waktu lamanya
proses pemaparan cahaya (eksposure) berlangsung. Selang waktu dari
mulai diafragma terbuka sampai tertutup kembali, yang pengaruhnya tiada
lain adalah mengatur jumlah cahaya yang masuk. Semakin lama waktu
pemaparan berlangsung, maka cahaya yang yang terkumpul akan semakin
banyak. Lebih jauhnya, lama waktu pemaparan dapat memberikan efek foto
tertentu dalam “merekam” objek bergerak (efek freeze atau motion blur).
Satuannya : 1/angka shutter speed (sekon); atau juga tanda (sekon ”) pada tampilan kamera
Contoh : 1/300 sekon, 1/1000 sekon; 1” = 1 sekon; 30” = 30 sekon dst…
3. ISO Speed (sensitifitas/kecepatan tangkap cahaya pada sensor)
ISO (International Standard Organization)
Speed adalah ukuran standar internasional untuk ukuran sensitifitas
sensor cahaya digital. Atau dalam fotografi analog istilah ini disebut
ASA, yang menunjukkan ukuran sensitifitas lapisan film. Semakin besar
angka ISO maka sensor kamera akan semakin sensitif terhadap cahaya.
Semakin sensitif suatu sensor/film maka waktu pengumpulan cahaya akan
semakin singkat. Dalam fotografi digital, ISO speed ini nilainya dapat
diatur dalam menu kamera digital. Dalam fotografi analog, ASA tidak
dapat diatur dari kamera, tapi dilakukan dengan penggantian roll film
dengan ASA yang berbeda.
Satuannya : ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 1200, ISO 1600 dst.. ISO 1600 jauh lebih sensitif dari ISO 100 atau ISO 400.
Catatan penting :
Semakin besar nilai ISO, sensor akan
semakin sensitif, termasuk terhadap noise pada hasil foto. pada nilai
ISO yang besar, foto yang dihasilkan cenderung mudah terkena noise. Itulah komponen penting dalam pengaturan
eksposure dalam fotografi. Satu hal yang harus ditekankan, bahwa tujuan
dalam melakukan seting eksposure adalah mendapatkan tingkatan cahaya
yang pas, bukan hanya banyak. Artinya eksposure sebenarnya terkait soal
kondisi pemotretan dan selera sang fotografer dalam menilai suatu hasil
foto yang diinginkan.
Contoh foto dalam seting eksposure yang berbeda (diambil dengan mode Bracketting Exp Compensation -1,0,+1 stop) :
under exposure |
normal exposure |
over exposure |
Perfect eksposure sebenarnya merupakan
sesuatu yang subjektif, karenanya ekplorasi dan kreatifitas tetap
memegang peranan penting dalam fotografi. Ketiga faktor teknis diatas
adalah sarananya, yaitu tempat yang kita cari untuk mendapatkan seting
pencahayaan yang baik, karena foto yang terlalu gelap atau terlalu
terang biasanya tidak disebut foto yang bagus.
Tambahan:
Sebenarnya bahasan mengenai eksposure ini
melibatkan serangkaian penjelasan detail teknis yang menarik dan
memberikan ruang eksplorasi yang luas apabila digali lebih lanjut.
Artikel ini hanyalah entrypoint untuk menggalinya lebih dalam lagi. Selamat menggali lebih dalam, semoga bermanfaat.
Keterangan foto :
kamera : Canon EOS 1000D
Lensa : Canon EF 50mm f/1.8 II
Sumber:
- http://rosdiyana.wordpress.com/2010/01/18/sekilas-tentang-eksposure/
No comments:
Post a Comment